Senin, 10 Mei 2010

KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Seorang perawat tidak dapat memperoleh pengetauhan tentang klienya, jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan yang ada pada klienya. Tanpa mengetauhui kebutuhan unik klien, perawat juga tidak bisa menolong kesulitan yang dihadapi klien. Perlu dicari metode yang bisa menakomodasi agar perawat mampu memperoleh “ pengetauhan “ tentang klienya. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat menghadapi, mempersepsikan, bereaksi, dan menghargai keunikan klien. Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan professional. Akan tetapi, jangan sampai asyik bekerja kemudian melupakan klien sebagai manusia dengan berbagai latar belakang dan masalahnya. Pada waktu perawat berkomunikasi terapeutik untuk pertama kali, proses komunikasi mungkin akan terasa canggung, semu, dan seperti dibuat buat. Namun hal ini akan lebih membantu untuk mempersepsikan masing masing hubungan klien karena ada kesempatan untuk mencapai hubungan antar manusia yang positif sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan keperawatan. Perawat yang terampil tidak akan pernah mendominasi interaksi sosial tetapi dia akan berusaha memelihara kehangatan suasana komunikasi untuk menghasilkan rasa percaya dan rasa nyaman pada klien, sehingga proses tukar menukar perasaan dan sikap akan berjalan wajar

Seorang perawat harus mampu menghargai klien dengan segala kekuranganya. Apabila perawat tidak bisa memahami keunikan pasien, ia akan mengalami kesulitan dalam memberikan bantuan pada pasien dalam mengatasi masalahnya. Oleh karena itu diperlukan suatu metode tepat dalam mengakomodasi sifat pasien agar perawat tau dengan tepat tentang pasien yang ditanganinya. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat menghadapi, mempersepsikan , bereaksi, dan menghargai pasien dengan segala kekurangan dan kelebihanya.

Pengertian

Hubungan perawat – pasien tidak sekedar hubungan mutualis. Traveble (1971) menyebut hubungan ini sebagai “ a human-to-human relationship”. Kelemahan antara perawat dan pasien akan hilang ketika masing – masing pihak yang terlibat interaksi mencoba memahami diri masing masing. Perawat menggunakan ketrampilan komunikasi interpersonalnya untuk mengembangkan hubungan dengan klien yang akan menghasilkan tentang klien sebagai manusia yang secara utuh. Hubungan semacam ini bersifat terapeutik yang akan meningkatkan iklim psikologi yang kondusif dan memfasilitasi perubahan dan perkembangan positif pada diri pasien. Hubungan ini juga difokuskan pada tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan klien.

Komunikasi dalam profesi keperawatan juga sangat penting, sebab tanpa komunikasi keperawatan sulit untuk diaplikasikan. Dalam proses asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien guna mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Stuart, G.W., dalam Suryani,2005). Oleh karena bertujuan untuk terapi, maka komunikasi dalam keperawatan disebut komunikasi terapeutik. Hubungan antara klien dan perawat yang bersifat terapeutik diawali komunikasi yang bersifat umum. Hubungan terapeutik dapat diidentifikasikan melalui tindakan yang diambil oleh perawat dan pasien yang dimulai dengan tindakan perawat, respon pasien ,interaksi, kedua pihak untuk mengkaji kebutuhan pasien dan tujuanya, serta transaksi timbale balik untuk mencapai tujuan hubungan. Jadi inti dari komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilaksanakan untuk tujuan terapi. Ada beberapa pendapat para ahli3 tentang arti komunikasi terapeutik yaitu komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain (Northouse, 1998). Sementara itu, menurut Stuart G.W. (1998) komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Komunikasi terapeutik juga diartikan oleh Hibdon S. (dalam Suryani, 2005) sebagai pendekatan konseling yang memungkinkan klien menemukan siapa dirinya, dan ini merupakan fokus dari komunikasi terapeutik.

Komunikasi terapeutik juga merupakan pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam komunikasi yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik dalam proses asuhan keperawatan adalah suatu hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dimana perawat berupaya agar klien dapat mengatasi masalahnya sendiri maupun masalahnya dengan orang lain di lingkungannya, melalui pendekatan pribadi secara professional berdasarkan keiklasan, empati, kehangatan dan rasa saling percaya diantara kedua pihak.

Sebagai seorang professional, perawat menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan. Langkah pertama dalam pendekatan ini adalah pengkajian yang bertujuan untuk mengumpulkan data secara valid dan akurat sebagai dasar untuk menegakan masalah dan diagnosa. Pada tahap ini komunikasi memegang peran penting karena mendapatkan data subjektif dibutuhkan komunikasi yang efektif

Tujuan Komunikasi Terapeutik

Peaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan guna mengubah situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal hal yang diperlukan. Membantu dilakukanya tindakan yang efektif, mempererat interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu menyelesaikan masalah klien. Komunikasi terapeutik juga mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih kontruktif dan adaptif.

Komunikasi terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi hal-hal berikut ini.

a. Penerimaan diri dan peningkatan terhadap penghormatan diri.

Klien yang sebelumnya tidak menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat atau bidan akan mampu menerima dirinya. Diharapkan perawat atau bidan dapat merubah cara pandang klien tentang dirinya dan masa depannya sehingga klien dapat menghargai dan menerima diri apa adanya.

b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.

Klien belajar bagaimana menerima dan diterima oleh orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya (Hibdon S., dalam Suryani, 2005)

c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.

Sebagian klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Tugas perawat dengan kondisi seperti itu adalah membimbing klien dalam membuat tujuan ayng realistis serta menignkatkan kemampuan klien memenuhi kemampuan dirinya.

d. Rasa identitas personal yang jelas dan meningkatkan integritas diri.

Identitas personal yang dimaksud adalah status, peran, dan jenis kelamin klien. Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan juga memiliki harga diri yang rendah. Perawat diharapkan membantu klien untuk meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri klien melalui komunikasinya.

Perawat yang terampil tidak akan mendominasi interaksi sosial, melainkan akan berusaha menjaga kehangatan suasana komunikasi agar tercapai rasa saling percaya dan menumbuhkan rasa nyaman pada pasien. Dengan demikian proses interaksi dapat berjalan dengan baik.

Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Ada tiga hal yang mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu

keiklasan ( genuineness)

dalam rangka membantu klien, perawat perawat harus menyadari tentang nilai, sikap, dan perasaan yang dimiliki terhadap keadaan klien. Apa yang perawat pikirkan dan rasakan tentang individu dan dengan siapa dia berinteraksi selalu dikomunikasikan kepada individu baik secara verbal maupun non verbal. Perawat yang mampu menunjukan rasa iklasnya mempunyai kesadaran tentang sikap yang dipunyai terhadap pasien sehingga bisa belajar untuk mengkomunikasikannya dengan tepat. Klien tidak akan menolak segala bentuk persaan negatif yang dipunyai klien, bahkan ia akan berusaha berinteraksi dengan klien. Hasilnya perawat akan mampu mengeluarkan perasaan yang dimiliki dengan cara yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum klien.

Empati (emphathy)

Empati merupakan perasaan “ pemahaman” dan “penerimaan” perawat terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan “dunia pribadi klien”. Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitive, dan tidak dibuat buat( objektif) didasarkan apa yang dialami orang lain. Empati berbeda dengan simpati. Simpati merupakan kecendrungan berpikir atau merasakan apa yang sedang atau dirasakan oleh pasien. Karenanya, simpati lebih bersifat subjektif dengan melihat “dunia orang lain” untuk mencegah perspektif yang lebih jelas dari semua sisi yang ada tentang isu-isu yang sedang dialami seseorang.

Kehangatan (warmth)

Hubungan yang saling percaya ( helping relationship) dibuat untuk memberikan kesempatan klien mengeluarkan “unek-unek” (perasaan dan nilai-nilai) secara bebas. Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide ide dan menuangkanya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikofrontasi. Suasana yang hangat, permisif, dan tanpa danya ancaman menunjukan adanya rasa menerima perawat terhadap pasien. Sehingga pasien akan mengekspresikan perasaanya secara lebih mendalam. Kondisi ini akan membuat perawat mempunyai kesempatan untuk mengetauhi kebutuhan klien. Kehangatan juga bisa dikomunikasikan secara nonverbal. Penampilan yang tenang, suara yang meyakinkan, dan pegangan tangan yang halus menunjukan rasa belas kasihan atau kasih sayang perawat pada pasienya.

Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik

Perbedaan antara komunikasi sosial dengan komunikasi terapeutik dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut.

1. Perawat mengenal dengan baik pribadi pasien serta memahami dirinya dengan nilai yang dianutnya

2. Komunikasi ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargai.

3. Perawat mampu memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.

4. Perawat menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.

5. Perawat mampu menciptakan suasana yang dapat memmotivasi pasien untuk mengubah sikap dan perilaku sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya

6. Perawat harus mampu menguasai perasanya secara bertahap untuk mengetauhi dan mengatasi perasaan sedih, marah dan frustasi.

7. Mampu menetukan batas waktu yang sesuai dan mapu mempertahankan konsistensi

8. Memehami dengan baik arti simpati sebagai sifat tindakan terapeutik dan yang bukan terapeutik

9. Kejujuran dan keterbukaan komunikasi merupakan dasar hubungan terapeutik

10. Mampu memerankan model agar dapat menunjukan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan sehingga perawat perlu mempertahankan suatu kondisi sehat secara fisik, mental sosial, spiritual dan gaya hidup.

11. Perawat harus mampu menciptakan suasana yang memungkinkan bagi pasien untuk berkembang tanpa rasa takut.

12. Perawat merasa puas dapat menolong orang lain secara manusiawi

13. Memperhatikan etika dengan cara berusaha sekuat daya setiap mengambil keputusan didasarkan prinsip kesejahteraan manusia.

Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik yang harus diterapkan agar mendapatkan atau mencapai hasil yang memuaskan yaitu dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Menjadikan klien sebagai fokus yang utama dalam interaksi.

b. Mengkaji kualitas intelekstual untuk menentukan pemahaman.

c. Mempergunakan sikap membuka diri hanya tujuan terapeutik.

d. Menerapkan perilaku profesional dalam mengatur hubungan terapeutik.

e. Menghindari hubungan sosial dengan klien.

f. Harus betul-betul menjaga kerahasiaan klien.

g. Mengimplementasikan intervensi berdasarkan teori.

h. Mengobservasi respons verbal klien melalui pernyataan klarifikasi dan hindari perubahan subyek atau topik jika perubahan isi topik bukan sesuatu yang sangat menarik bagi klien.

i. Memelihara hubungan atau interaksi yang tidak menilai dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku dan memberi nasihat klien.

j. Berikan petunjuk klien untuk menginterprestasi pengalamannya atau rasional.

Taknik Komunikasi Terapeutik

Dua persyaratan dasar agar komunikasi menjadi efektif (Stuart dan Sundeen, 1998), yaitu

1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi dan penerima pesan

2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.

Komunikasi terapeutik akan menjadi efektif hanya melalui pengguanaan dan latihan yang sering. Artinya dengan melatih diri dengan menggunakan komunikasi yang bersifat terapeutik akan meningkatkan kepekaan diri diri kita akan perasaan orang lain, khususnya klien. Selain itu dalam komunikasi terapeutik, diri kita akan terlatih mengerti akan keinginan yang dibutuhkan klien.

Setiap kilen memiliki karakter yang berbeda, tidak ada klien yang sama. Oleh karena itu, diperlukan teknik yang berbeda-beda dalam berkomunikasi dengan klien. Teknik komunikasi berikut ini, yang dikutip dari artikel Purba, J.M. (2008) terdiri atas beberapa komponen berikut ini.

Mendengarkan dengan penuh perhatian

Dalam hal ini perawat berusaha memahami klien dengan cara mendengarkan masalah yang disampaikan klien. Satu- satunya orang yang dapat menceritakan perasaan, pikiran, dan persepsi klien terhadap perwat adalah klien itu sendiri. Mendengarkan klien menyampaikan pesan verbal dan non-verbal mengandung arti bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Perawat yang mendengarkann dengan penuh perhatian merupakan salah satu upaya agar dapat mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang disampaikan klien.

Menunjukkan Penerimaan

Arti menerima adalah mendukung dan menerima informasi dengan dengan tingkah laku yang menunjukan ketertarikan dan tidak menilai. Perlu diketahui bahwa menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan dan ketidaksetujuan. Sebagai seorang perawat kita tidak harus menerima semua perilaku klien. Perawat sebaiknya menghindari ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan ketidak setujuan terhadap sesuatu, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala yang menandakan tidak percaya.

Tuju cara memfasilitasi agar memperoleh “penerimaan” ( Bolton Cit.R,1999)

1. Tidak seorangpun dapat menerima secara sempurna

2. Beberapa orang cendrung diterima dari pada orang lain

3. Tingkah penerimaan seseorang terus menerus berganti

4. Adalah ssuatu yang alami mempunyai sesuatu yang difavoritkan

5. Setiap orang dapat lebih menerima

6. Penerimaan yang hanya pura pura merupakan suatu hal yang berbahaya untuk hubungan interpersonal

7. Penerimaan tidak sama dengan persetujuan.

Berikut ini sikap perawat yang menunjukkan rasa percaya.

a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.

b. Membarikan umpan balik verbal kepada klien dengan cara yang baik.

c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal sesuai dengan komunikasi verbal.

d. Menghindari perdebatan, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien. Perawat dapat menganggukkan kepalanya atau berkata,”Ya” atau, “Saya mengikuti apa yang Anda ucapkan”.

Penerimaan juga digunakan untuk membangun rasa percaya dan mengembangkan empati ( Boyt & Nirhat, 1998)

Misalnya:

Klien : “Saya telah melakukan beberapa kesalahan”

Ners : “ Saya ingin mendengar itu, tidak apa jika anda ingin mendiskusikan hal itu dengan saya”

Menanyakan Pertanyaan yang Berkaitan

Menanyakan pertanyaan yang berkaitan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topikk yang dibicarakan dan menggunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Pertanyaan hendaknya disampaikan secara berurutan selama pengkajian.

Mengulang Ucapan Klien dengan Menggunakan kata-Kata Sendiri

Dengan mengulang kembali ucapan klien berarti perawat membarikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun, perawat harus berhati-hati ketika menggunakan teknih ini, sebab pengertian bisa rancu jika pengulangan ucapan mempunyai arti yang berbeda. Sebagai contoh, seorang klien mengatakan, “ Saya tidak dapat tidur, semalam saya terjaga”, lalu perawat menjawab, “Anda mengalami kesulitan untuk tidur tadi malam...”.

Memberi Kesempatan kepada Klien memulai Pembicaraan

Perawat sebaiknya memberikan kesempatan kepada klienuntuk berinisiatif dan mmemilih temapembicaraan. Klien yang merasa ragu tentang perannya dalam berinteraksi dapat diberikan stimulus untuk mengambil inisiatif, sehingga klien tersebut merasa bahwa ia diharapkan dapat membuka pembicaraan. Misalnya “Adakah sesuatu yang ingin Anda sampaikan?” atau “Apakah yang sedang Anda pikirkan?”.

Diam

Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasikan pikiran masing-masing. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri dalam memproses informasi yang ada. Penggunaan teknik diam memerlukan keterampilan dan ketetapan waktu, karena jika tidak demikian maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.

Arti diam ( Miyers & Miyers Cit.R,1999)

· Saat seseorang marah dan frustasi tetapi menolak mengungkapkanya

· Saat seseorang mendengarkan dengan penuh perhatian untuk sesuatu yang penting

· Saat seorang bosan

· Saat seseorang tidak dapat berpikir apa yang akan dikatakanya

· Saat seseorang berpikir tentang hal yang penbicara katakana

· Saat seseorang tidak memahami yang dikatakan pembicra

· Saat seorang melihat pandangan yang indah sehingga membuat seseorang tidak bicara.

Diam digunakan saat klien perlu mengekspresikan ide tapi tidak tahu cara melakukanya/menyampaikan hal tersebut ( Boyd & Nihart,1998)

Msalnya:

Klien : “ Saya marah”

Ners : (Diam)

Klien : “orang tua saya tidak perhatian lagi sama saya”

Klarifikasi

Jika terjadi kesalahpahaman sebaiknya perawat menghentikan pembicaraan sejenak untuk mengklarifikasi dan menyamakan pemahaman, karena keakuratan informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan. Perawat perlu membarikan contoh yang konkret agar pesan mudah dimengerti klien dan tidak ada kesalahpahaman.

Contoh:

Klien : “Saya kurang yakin apakah bisa mengikuti apa yang Anda sampaikan.”

Perawat : “Apa yang Anda katakan tadi adalah.....”

Memfokuskan

Teknik ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat seharusnya tidak memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pemnicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru. Misalnya, “Hal ini sangat penting, nanti kita bicarakan lebih lanjut.”

Menyampaikan hasil observasi

Perawat perlu memberikan respons kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan baik dan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan melalui syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

Contoh:

Anda kelihatan tegang...”

Apakah Anda merasa cemas apabila Anda...”

Menawarkan Infornasi

Pemberian tambahan informasi dapat dijadikan sebagai pendidikan kesehatan bagi klien dan juga bisa menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Jika ada informasi yang ditutupi oleh dokter, seorang perawat hendaknya mengklarifikasi alasannya. Perawat dalam memberikan informasi tidak boleh terkesan seperti memberikan nasihat melainkan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan

Meringkas

Meriingkas adalah mengulang ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Teknik ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya. Sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik lain yang berkaitan. Misalnya, “Selama kurang lebih 2 jam, Anda dan saya telah membicarakan tentang...”

Memberikan Penghargaan

Memberikan penghargaan terhadap klien dapat dilakukan dengan cara seperti menyambutnya dengan salam dan menyebutkan namanya. Dengan melakukan hal tersebut perawata dapan menunjukkan kesadarannya tentang perubahan yang terjadi selain itu juga dapat menunjukkan bahwa perawat menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggungjawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Namu penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya,dengan kata lain penghargaan tersebut jangan sampai membuat klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Misalnya” Selamat siang, Bapak Jaya”, “Assalamualaikum” atau “Selamat datang Ibu, Ibu sangat tepat waktu sesuai janji.”

Dengan agama islam, memberi salam dan penghargaan merupakan aklak terpuji, dengan begitu berarti orang tersebut telah mendoakan orang lain agar memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah.

Menawarkan Diri

Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Sering kali perawat hanya menawarkan kehadirannya dan ketertarikannya tenpa mempertimbangkan kondisi klien. Sesungguhnya teknik komunikasi ini harus dilakukan dengan tulus ikhas. Misalnya, “Saya mengharapkan Anda merasa tenang dan nyaman.”

Mempersilakan Untuk Meneruskan Pembicaraan

Teknik ini mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan selanjutnya respek dengan apa yang akan dibicarakan. Sikap perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan pembicaraan. Misalnya, “...lanjutkan...!”, “... dan terus...?”, atau “Ceritakan kepaa saya...”.

Menganjurkan Klien untuk Menjelaskan Persepsinya

Jika perawat ingin mengerti klien lebih jauh, maka perawat tersebut harus melihat klien dengan sesungguhnya dari segala perspektif. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan atau menjelaskan persepsinya tentang sesuatukepada perawat. Perawat harus mewaspadai adanya ansietas saat klien menceritakan pengalamannya. Misalnya, “Ceritakan kepada saya bagaimana perasaan Anda ketika akan dilakukan pemasangan infus”, “Atau apa yang sedang Anda lihat.”

Refleksi

Refleksi adalah suatu teknik yang menganjurkan klien untukmengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Jika klien bertanya apa yang harus ia pikirkan atau kerjakan dan apa yang harus ia rasakan, maka perawat dapat menjawab,”bagaimana menurut Anda?” atau “Bagaimana perasaan Anda”. Kemudian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak melakukan hal tersebut, selanjutnya klien pun akan berfikir bahwa dirinya adalah individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain yang mempunyai kapasitas dan kemampuan. Misalnya,”Apakah menurut Anda, saya harus menyampaikannya kepada dokter?” atau “Apakah menurut Anda, Anda yang harus menyampaikannya?”.

Komunikasi Terapeutik Merupakan Tanggungjawab Moral Bagi Perawat

Perawat atau bidan harus memiliki tanggungjawab moral yang tertinggi didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Selanjutnya pasquali dan Arnold serta Watson (dalam situs Purba, J.M., 2008) menyatakan bahwa “human care” terdiri atas upaya-upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain dalam mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaannya dibutuhkan dalam membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri. “ Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian.

Dimensi respons

Dimensi respons yang harus dimiliki oleh perawat terdiri atas empat hal ( Nurjanah !., 2001) yaitu sebagai berikut.

Kesejatian

Kesejatian adalah pengiriman pesan kepada orang lain tentang gambaran diri kita yang sebenarnya ( Smith dalam Prayetno, 1999). Kesejatian dapat ditunjukkan dengan adanya kesamaan antara verbal dan non-verbal (kongruen). Lawan dari kongruen yaitu adanya ketidaksamaan antara bentuk verbal dan nonverbal. Kesejatian tersebut dipengaruhi oleh kepercayaan diri, persepsi terhadap orang lain, dan lingkungan.

Empati

Empati adalah kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain, serta memahami bagaimana perasaan orang lain dan apa yang menyebabkan seseorang bereaksi terhadp suatu hal tanpa emosi kita terlarut dalam emosi orang lain ( Smith dalam Prayitno, 1999 ).

Respon empati harus mengandung unsur-unsur seperti keakuratan (ketepatan pengungkapan verbal terhadap perasaan atau masalah klien). Kejelasan (ungkapan empati harus jelas mengenai topik tertentu dan sesuai dengan apa yang dirasakan oleh orang tersebut), kealamiahan (menggunakan kata-kata sendiri), kehangatan (kehangatan dalam aspek verbal dan nonverbal), kesejatian (kesamaan antara respon verbal dan nonverbal serta ketertarikan dan perhatian diperlukan dalam menunjukkan empati.)

Respek atau Hormat

Respek menurut Egan cit. Susan Smith 9dalam Prayitno, 1999) adalah kesediaan untuk bekerja dengan klien, menunjukkan sikap setia sedia, ketertarikan pada masalah klien, memahami keunikan, dan melakukan pendekatan untuk penyelesaian masalah. Perilaku respek menurut Smith (1992) ditunjukkan dengan melihat kearah klien, memberikan perhatian yang tidak tebagi, memelihara kontak mata, senyum pada saat yang tepat, bergerak kearah klien, memahami keunikan, dan melakukan jabat tangan atau memnerikan sentuhan yang lembut.

Konkret

Perawat menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat berdiskusi dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah lakunya. Fungsi dari dimensi ini adalah dapat mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien dan dapat memberikan penjelasan akurat tentang suatu masalah sehingga dapat mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik ( Stuart dan Sundeen, 1998).

Dimensi tindakan

Dimensi tindakan menurut Stuart dan Sundeen (dalam Purba, J.M., 2008) memiliki komponen-komponen yaitu, konfrontasi, kesegeraan, pengungkapan diri perawat, katarsis emosional, dan bermain peran. Dimensi ini harus diaplikasikan dalam konteks kehangatan, penerimaan, dan pengertian yang dibentuk oleh dimenasi responsif. Dimensi-dimensi tersebut akan dijelaskan melalui uraian sebagai berikut ini.

Konfrontasi

Konfrontasi adalah ekspresi perawat terhadap klien yang berbeda dan hal ini bermanfaat untuk memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff (dalam Purba, J.M., 2008) mengindentifikasi tiga kategori konfrontasi yaitu sebagai berikut.

a. Ketidaksesuaian antara konsep diri klien ( ekspresi klien tentang dirinya ) dan ideal diri ( cita-cita klien ).

b. Ketidaksesuaian antara ekspresi non-verbal dan perilaku klien.

c. Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dengan perawat.

Konfrontasi seharusnya atau sebaiknya dilakukan secara aserti bukan agresif, sehingga sebelum perawat melakukan konfrontasi, perawat dapat mengkaji hubungan saling percaya dengan klien, tingkat kecemasan dan kekuatan klien, mekanisme koping klien serta waktu yang tepat. Konfrontasi sangat berguna bagi klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya masih belum menunjukkan adalah perubaha

Keterbukaan

Keterbukaan dapat dilakukan ketika perawat memberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan, dan sikapnya sendiri. Hal iniberguna untuk memfasilitasi kerjasama, proses belajar, dan katarsis atau dukungannn klien. Stuart dan Sundeen (dalam Purba, J.M., 2008) menyatakan bahea peningkatan keterbukaan antara perawat dengan klien dapat menurunkan tingkat kecemasan perawat-klien. Pernyataan ini berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Johnson.

Kesegeraan

Kesegeraan ini terjadi apabila hubungan perawat-klien difokuskan dan digunakan untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya. Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan untuk membantu dengan segera atau secepatnya.

Bermain Peran

Bermain peran dapat dilakukan untuk membangkitkan situasi tertentu guna meningkatkan penghayatan klien terhadap hubungan interpersonal dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain. Sehingga itu juga memberi kesempatan klien untuk mencoba situasi yang baru dalam lingkungan yang sama.

Katarsis Emosional

Perawat harus bisa mendorong klien untuk membicarakan hal-hal yang sangat mengganggunya dengan tujuan mendapatkan efek terapeutik. Dengan demikian perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya. Apabila klien mengalami kesulitan mengekspresikan perasaannya, seyogyanya perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaanya kedalam situasi klien tersebut.

Kemampuan perawat dalam menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan, kepekaan, dan ketajaman perasaan sebab keberhasilan komunikasi tidak dipengaruhi oleh kemampuan seseorang melainkan oleh dimensi nilai, waktu, dan ruang. Hal ini dapat dilihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan kepuasan bagi perawat itu sendiri

Strategi Komunikasi Terapeutik

Pemberian asuhan keperawatan khususnya yang berada dipelayanan kesehatan sangat diperlukan adanya strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilaksanakan setiap hari. Adapun strategi yang dimaksud adalah strategib komunikasi terapeutik. Strategi tersebut dapat dilakukan oleh perawat

Komunikasi perawat – klien

1. Orientasi

· Salam terapeutik : member salam dan memanggil klien sesuai dengan namanya

Missal : Selamat pagi, ibu Irma

· Evaluasi : mengevaluasi keadaan dan kemampuan yang telah dimiliki klien atau menanyakan kembali topik yang diinginkan klien

Misalnya :

- Apakah ibu sudah mencoba untuk berjalan tanpa alat bantu

- Ibu hari ini terlihat sudah ada kemajuan

- Apakah ibu sudah tau tentang cara memandikan bayi yang benar ?

· Kontrak : mengingatkan perjanjian yang telah dibuat pada perjanjian yang lalu baik topic, waktu, maupun tempat.

Misalnya :

- Ibu masih ingat apa yang akan kita bahas ( topik )

- Bu sekarang saya akan menganti infus ibu ( topic)

- Ibu kita akan membicarakan tentang cara merawat tali pusat kurang lebih 20 menit ( waktu )

- Bapak kita akan mengikuti latihan senam di taman (tempat)

· Tujuan

Menambah pengetauhan klien

2. Kerja ( working )

Semua kegiatan yang terkait dengan tindakan keperawatan yang akan dilakukan sesuai standar prosedur oprsional (SOP) atau prosedur teknis, berikan penjelasan tentang isi topik atau materi yang ingin disampaikan kepada klien

a. Alat-alat yang dibutuhkan

b. Langkah-langkah

3. Terminasi

· Evaluasi : menilai kemampuan atau keadaan klien setelah tindakan fase kerja.

1. Menanyakann kembali kepada klien apakah sudah mengerti atau belum.

Ex : ibu sudah mengerti tentang perawatan tali pusat yang baru saja kita bahas bersama?

2. Meminta klien mengulang kembali materi yang telah disampaikan dan dijelaskan.

Ex: Coba ibu ulang kembali cara melakukan batuk efektif.

3. Selanjutnya memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya.

Dari topik yang kita bahas apakah masih ada yang ibu belum mengerti?

· Tindak lanjut : kegiatan yang perlu klien lakukan setelah tindakan yang diberikan.

Missalnya:

- Coba ibu latih lagi untuk lakukan batuk efektif jika ibu ingin mengeluarkan dahak.

- Nanti bapak coba lagi untuk melakukan teknik relaksasi untuk istirahat nati malam.

· Kontrak yang akan dating : menyepakati dengan klien kegiatan berikutnya tentang topic, waktu dan tempat.

Misalnya;

- Bagaimana kalau setelah makan siang nanti kita bicarakan tentan cara perawatan ibu dirumah

- Setelah pulang, ibu jangan lupa kontrol dua minggu lagi di poli klinik pukul 08 00 – 13 00 WITA

Tahapan strategi komunikasi keperawatan secara sigkat

Contoh :

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

A. PROSES KEPERAWATAN

1.Kondisi klien…………………………………………………………...

2.Diagnosis perawatan…………………………………………………...

3.Tindakan keperawatan…………………………………………………

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

· ORIENTASI………………………………………………………………..

§ Salam terapeutik………………………………………………………..

§ Evaluasi / validasi………………………………………………………

§ Kontrak :

o Topik……………………………………………………………….

o Waktu………………………………………………………………

o Tempat……………………………………………………………..

· KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

1. ………………………………………………………………………….

2. ………………………………………………………………………….

· TERMINASI

a. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan

ü Evaluasi subjektif…………………………………………………..

ü Evaluasi objektif……………………………………………………

b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah dilakukan) : ………………………........................

c. Kontrak yang akan datang

· Topik……………………………………………………………….

· Waktu………………………………………………………………

· Tempat……………………………………………………………...

Contoh Analisis Kasus

Situasi

Seorang ibu bernama Neni, 25 tahun, post-partum (anak pertama) ingin mengetahui tentang perawatan tali pusat pada bayi, dimana ners Irma sebelumnya sudah melakukan interaksi dan menjalin hubungan saling percaya dengan ibu Neni. Dalam hal ini yang digunakan adalah teknik komunikasi wawancara (tanya jawab).

Fase Orientasi

1. Ners Irma : “Assalaualaikum Bu.../ selamat pagi bu” (sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan).

Bu Neni : “walaikumsalam, pagi juga ners Irma,” (sambil tersenyum dan menjabat tangan).

2. Ners Irma: “Bagaimana perasan Ibu Neni sekarang, adakah sesuatu yang ingin disampaikan Ibu Neni ketika menemani si kecil selama kita tidak bertemu, coba Ibu sampaikan?” (sambil memegang bahui kanan Ibu Neni).

Bu Neni : “Alhamdulillah, saya sanga senang Ners, setelah lahirnya sibuah hati yang kami tunggu-tunggu. Oh, ya Ners ... saya masih kurang jelas mengenai perawatan tali pusat, saya agak khawatir jangan-jangan nanti terjadi infeksi?”.

3. Ners Irma : “O...ya, Ibu sesuai dengan perjanjian kita kemarin,hari ini saya akan jelaskan apa saja yang belum Ibu pahami dan saya juga akan jelaskan semua hal yang ingin Ibu tanyakan, yaitu tentang perawatan tali pusat yan gbenar, begitukah bu?”

Bu Neni: “ Ya Ners, saya masih bingung!”

4. Ners Irma : “Baiklah, saya akan coba menjelaskan tentang perawatan tali pusat pada bayi, tetapi tolong Ibu perhatikan betul! Sekarang apakah Ibu sudah siap untuk mendengarkannya?”

Bu Neni : “ya ners, saya siap”

Fase Kerja

1. Ners Irma :”Baiklah Bu, perawatan tali pusat pada bayi sangatlah penting kita ketahui dan kita pahami agar bayi kita terbebas dari infeksi tetanus.”

Bu Neni :”Infeksi tetanus pada bayi bisa terjadi..., ya Ners?”

2. Ners Irma :” Benar Bu Neni, tetanus bisa berakibat kematian pada bayi. Jadi, perawatan tali pusat kita laksanakan pada pagi hari setelah kita memandikan bayi kita dan kita harus benar-benar menjaga kebersihannya”.

Bu Neni :”Berarti ners, setelah kita memandikan bayi kita, kita juga malkukan perawatan tali pusat”.

3. Ners Irma :”Ya, sangat benar sekali Bu Neni, sebelum kita melaksanakannya, kita terlebih dahulu mempersiapkan alat-alatnya”. (Sambil memmpraktikkannya).

Bu Neni :”Apa saja persiapan alatnya Ners?”

4. Ners Irma :”Kita harus menyiapkan alat-alat yang akan dipakai seperti kapas lidi, trypleday, kassa steril semuanya diletakkan pada tempatnya masing-masing lalu disusun pada baki.” (sambil memegang dan menunjukkan alat tersebut)

Bu Neni :”Terus caranya bagaimana ners...?” (Klien menganggukkan kepala).

5. Ners Irma :” Pertama-tama setelah bayi selesai dimandikan, kita ambil kapas lidi lalu diolesi trypleday kemudian kita mulai membersihkannya dari sekeliling pangkal tali pusat sampai bagian ujung. Sampai disini ada yang mau ditanyakan Bu Neni?” Bu Neni :”O...ya ners, apakah kapas lidi tersebut tidak boleh kita bolak-balik?”

6. Ners Irma :”Benar sekali Bu Neni, jadi setiap kita membersihkan bagian tali pusat, kita tukar dengan yang baru lagi dan jangan lupa juga Bu, sebelum kita melakukannya tangan ibu harus bersih atau cuci tangan sebelum melakukan tindakan tersebut. Pokoknya kebersihan herus dijaga sebaik-baiknya.”

Bu Neni :”Selanjutnya bagaimana ners...?”

7. Ners Irma :”Oh...ya, maaf Bu..., tadi pembicaran kita sampai dimana?”

Bu Neni :”Sampai...membersihkan tali pusat sampai bagian ujung.”

8. Ners Irma :”Kemudian dilanjutkan dengan membungkus tali pusat, bagaimaan Bu Neni, tidak sulit bukan?”

Bu Neni :”Sepertinya saya bisa, ya... saya bisa melakukannya, ners.”

Fase Terminal

1. Ners Irma :”Bagaimana Bu Neni, apakah sudah mengerti dengan penjelasan tadi?” Bu Neni :”Sudah, Ners.”

2. Ners Irma :”Apakah Bu Neni bisa mengulang kembali apa yang telah saya jelaskan?”

Bu Neni :”Insya Allah bisa Bu. Saya akan mencoba Ners, pertama-tama setelah bayi selesai dimandikan, kita ambil kapas lidi lalu kita olesi tryplady setelah itu kita mulai membersihkan tali pusat dari pangkal dan sekelilingnya sampai keujung, kemudian kita bungkus dengan kain kassa steril yang kering. Terakhir baru kita rapikan dan baju bayi kita pasangkan. Bagaimana Ners?”

3. Ners Irma :”Bagus Bu Neni, sepertinya Ibu telah mengerti dengan apa yang telah saya sampaikan, apakah masih ada yang ingin Ibu tanyakan?”

Bu Neni :” Tidak ners, saya pikir sudah cukup!”

4. Ners Irma :”Oke...”(tersenyum).

Bu Neni :”Saya sangat berterima kasih karena Ners telah meluangkan waktu untuk saya.”

5. Ners Irma :”Sama-sama Bu Neni, itu semua sudah kewajiban saya.”

Bu Neni :”Terus saya ingin mengetahui bagaimana cara menyusui yang baik dan benar.”

6. Ners Irma : (tersenyum)”...baiklah Bu Neni. Insya Allah, saya akan datang lagi kesini besok untuk menjelaskan bagaimana cara menyusui yang baik dan benar. Ibu mau saya datang jam berapa?”

Bu Neni :”Sama seperti hari ini saja, ners.”

7. Ners Irma :”Baik Bu sampai ketemu besok, ya!”

Bu Neni :”Ya, ners.”

8. Ners Irma :” Kalau begitusaya permisi dulu ya Bu Neni. Selamat siang..., Assalamualaikum!” (tersenyum).

Bu Neni :”Siang ners...walaikumsalam.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar